UIN Jambi dan MSU Amerika Lanjutkan Kolaborasi COIL Fokus pada Dampak Perkebunan Kelapa Sawit

UIN Jambi dan MSU Amerika Lanjutkan Kolaborasi COIL Fokus pada Dampak Perkebunan Kelapa Sawit

LANAIJAMBI.COM-Universitas Islam Negeri (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dan Michigan State University (MSU) Amerika kembali berkolaborasi dalam program Collaborative Online International Learning (COIL) setelah sukses pada tahun sebelumnya. Kali ini, kelas COIL membahas tiga tema utama yang terkait erat dengan industri kelapa sawit, yaitu (1) dampak perkebunan kelapa sawit (PKS) terhadap lingkungan, (2) proses produksi dan pemrosesan kelapa sawit sebagai komoditas global, serta (3) pemasaran dan konsumsi global minyak kelapa sawit.

Baca Juga:

Komisi Informasi Serahkan Laporan Kinerja Tahun 2024 ke Ketua DPRD Jambi

Program COIL ini melibatkan mahasiswa program pascasarjana dari kedua institusi. Dari MSU, enam mahasiswa berpartisipasi, terdiri dari lima mahasiswa Ph.D. dan satu mahasiswa master dari kelas Global Studies in Art Humanities (GSAH). Sedangkan dari UIN STS Jambi, ada lima belas mahasiswa master dari program Tadris Bahasa Inggris (TBI) yang terlibat.

COIL adalah program pembelajaran online kolaboratif yang diampu oleh dosen dari dua kampus mitra dan diikuti oleh mahasiswa dari kedua kampus tersebut. Program ini dimulai dengan penyamaan persepsi dan berlanjut dengan pengembangan silabus dan proyek penelitian mini bersama. Mata kuliah dari UIN STS Jambi yang terlibat adalah "Entrepreneurship in English Language Teaching", diampu oleh Dion Ginanto, Ph.D. Sedangkan mata kuliah dari MSU adalah kelas "Global Studies" yang diampu oleh Prof Salah Hassan.

Tema utama dari program ini adalah global market, food crisis, dan environmental issues. Tema ini dipilih karena mengangkat isu global terkait kekurangan pangan yang melanda hampir seluruh dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia, salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kekurangan pangan adalah perubahan lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit, yang berdampak negatif terhadap lingkungan dan produksi pangan.

Advertisement