Sejak Intifada pertama pada tahun 1987, batu telah menjadi senjata perlawanan utama bagi pemuda Palestina.
Baca Juga:
Mereka menggunakan batu untuk melawan tentara dan kendaraan militer Israel dalam upaya mempertahankan hak-hak mereka dan menolak pendudukan,penjajahan dan ketidak adilan.
Batu-batu ini bukan sekadar alat fisik, tetapi juga simbol perlawanan terhadap penindasan, penjajahan dan ketidakadilan.
Melalui aksi pelemparan batu, rakyat Palestina menyampaikan pesan bahwa mereka tidak akan diam terhadap pendudukan, penjajahan dan penindasan.
Batu-batu yang dilemparkan menjadi lambang keberanian, keteguhan, dan perjuangan untuk kebebasan dan kemerdekaan Palestina.
Persamaan dan Perbedaan
Meskipun berada dalam konteks yang sangat berbeda, batu dalam kedua situasi ini memiliki kesamaan sebagai simbol perlawanan.
Di Mina, batu melambangkan perlawanan terhadap setan dan godaan, sedangkan di Palestina, batu melambangkan perlawanan perjuangan terhadap penindasan dan pendudukan penjajah.
Kedua tindakan ini menunjukkan keberanian dan keteguhan dalam menghadapi musuh, baik yang bersifat spiritual maupun fisik, mental, ekonomi,politik dan sosial.
Namun, perbedaannya terletak pada tujuan dan dampaknya. Batu lontaran Jamarat adalah bagian dari ritual khusus dan unik keagamaan yang dilakukan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT, tanpa tujuan untuk melukai atau menyakiti orang lain.
Sementara itu, batu perlawanan di Palestina digunakan dalam konteks konflik politik dan militer, dengan tujuan untuk mempertahankan hak-hak dan kedaulatan mereka.
Batu, dalam kedua konteks ini, menjadi simbol perlawanan yang kuat. Di Mina, batu lontaran Jamarat mengajarkan umat Islam untuk menolak godaan dan tetap teguh dalam iman dannketakwaan.
Di Palestina, batu menjadi alat dan simbol perjuangan melawan penindasan dan pendudukan penjajah. Kedua penggunaan batu ini, meskipun berbeda dalam konteks dan tujuan, menunjukkan bagaimana benda sederhana dapat memiliki makna yang sangat mendalam dan menjadi simbol keberanian dan keteguhan.
Melalui pemahaman ini, kita dapat lebih menghargai makna dan simbolisme yang terkandung dalam tindakan sederhana seperti melempar batu, baik dalam konteks ibadah maupun politik.
Ini mengingatkan kita akan pentingnya keberanian dan keteguhan dalam menghadapi segala bentuk kejahatan dan penindasan, kemaksiatan serta pentingnya menjaga nilai-nilai kebenaran dan keadilan dalam kehidupan kita.
(*/ Ketua Unit DCMT & Dosen Kolej Pendidikan Berterusan (CCED) Universiti Tenaga Nasional Malaysia)