Oleh: Bahren Nurdin, SS MA
Baca Juga:
Menjelang Pilkada 2024 di Provinsi Jambi, sudah saatnya kita merefleksikan kembali esensi dari demokrasi yang kita anut. Pemilihan kepala daerah seharusnya menjadi ajang adu gagasan dan program, bukan arena pertarungan yang dipenuhi intrik.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), intrik didefinisikan sebagai penyebaran kabar bohong yang sengaja dilakukan untuk menjatuhkan lawan. Praktik semacam ini merupakan salah satu bentuk politik kotor yang tidak boleh terjadi di tanah Jambi yang kita cintai.
Masyarakat Jambi dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi adat istiadat dan beradab. Nilai-nilai luhur ini seharusnya tercermin pula dalam atmosfer politik kita. Tidak ada salahnya menjadi tim sukses siapa pun, namun hal tersebut tidak boleh menjadi alasan untuk saling bermusuhan.
Kesopanan dan etika harus tetap dijunjung tinggi, tanpa ada upaya saling menjatuhkan apalagi bermusuhan.
Kita perlu saling mengingatkan bahwa permusuhan hanya akan melahirkan perpecahan dan memecah belah persatuan yang telah kita bangun bersama. Jangan sampai kita terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang ingin merusak harmoni sosial kita.
Ada satu hal penting yang perlu kita renungkan: jangan sampai nanti, ketika pemimpin terpilih sudah berpelukan dan berdamai satu sama lain, kita sebagai pendukung masih terjebak dalam permusuhan. Bukankah itu akan menjadi kerugian besar bagi kita sendiri?
Oleh karena itu, mari kita hindarkan intrik-intrik yang tidak penting dalam Pilkada mendatang.