Menggali Makna Salah Boleh, Bohong Jangan di Balik Kecanduan

Menggali Makna Salah Boleh, Bohong Jangan di Balik Kecanduan

Menggali Makna Salah Boleh, Bohong Jangan di Balik Kecanduan

Oleh: Yulfi Alfikri Noer S.IP., M.AP

Baca Juga:

Inovasi dan Kebijakan Bupati Romi Pro Petani Tanjung Jabung Timur Menuju Kesejahteraan dan Keberlanjutan Sektor Pertanian

Ungkapan "salah boleh, bohong jangan" menekankan pentingnya kejujuran dalam tindakan dan perkataan, meskipun kesalahan manusiawi bisa terjadi. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering membuat kesalahan akibat ketidaktahuan, kelalaian, atau ketidakmampuan, dan itu adalah hal yang wajar karena setiap orang bisa salah. Namun, berbohong merupakan pelanggaran moral yang serius, karena hal itu melibatkan kesengajaan untuk menutupi kebenaran atau memanipulasi fakta dengan tujuan menyesatkan orang lain. Oleh karena itu, ungkapan ini mendorong kita untuk berani mengakui kesalahan, dan tidak membenarkan kebohongan demi menutupi kesalahan atau mencari keuntungan.

Prinsip ini sangat penting dalam menjaga integritas: lebih baik mengakui kesalahan daripada menghindarinya dengan kebohongan yang pada akhirnya dapat merusak kepercayaan orang lain. Jika kita kaitkan makna "salah boleh, bohong jangan" dengan salah satu ciri pecandu narkoba, relevansi yang paling kuat terletak pada perilaku kebohongan dan manipulasi yang sering dilakukan oleh mereka. Bagi seorang pemimpin, perilaku ini sangat berbahaya, karena kebohongan yang dilakukan tidak hanya berdampak pada diri sendiri, tetapi juga memengaruhi kepercayaan publik serta stabilitas dalam organisasi atau masyarakat yang dipimpinnya.

Apabila kita kaitkan makna "salah boleh, bohong jangan" dengan salah satu ciri-ciri pecandu narkoba, relevansi yang paling kuat terletak pada perilaku kebohongan dan manipulasi yang sering dilakukan oleh pecandu. Pecandu narkoba cenderung berbohong untuk menutupi kecanduan mereka, baik pada keluarga, teman, maupun diri sendiri. Kebohongan ini biasanya digunakan untuk menyembunyikan kebiasaan buruk, mencegah konfrontasi, atau menghindari konsekuensi dari kecanduan tersebut.

Memahami perilaku kebohongan ini penting, karena jika kita menganalisis dari narasi tersebut, seorang pecandu atau mantan pecandu narkoba memang melakukan dua hal sekaligus: kesalahan dan kebohongan. Pertama, kecanduan narkoba itu sendiri adalah suatu kesalahan, baik dari segi moral maupun hukum, karena tindakan tersebut merusak diri sendiri dan bisa berdampak buruk pada lingkungan sekitar. Kecanduan sering kali menuntun seseorang untuk melanggar aturan dan nilai-nilai yang dijunjung dalam masyarakat.

Kedua, kebohongan adalah hal yang hampir tak terpisahkan dari kehidupan seorang pecandu. Kebohongan biasanya muncul sebagai mekanisme perlindungan diri. Kebohongan ini bisa sangat merusak hubungan sosial dan kepercayaan yang terjalin. Jadi, seorang pecandu narkoba atau mantan pecandu narkoba tidak hanya melakukan kesalahan dengan terlibat dalam kecanduan, tetapi juga memperburuk situasi dengan berbohong untuk menutupi kesalahan tersebut. Pola kebohongan ini sering berulang dan dapat menciptakan lingkaran setan di mana kebenaran menjadi kabur, dan hubungan dengan orang lain rusak karena ketidakjujuran. Inilah mengapa integritas dan kejujuran sangat penting, terutama bagi seorang pemimpin atau figur publik yang diharapkan menjadi teladan.

Karena pola kebohongan ini dapat berdampak luas, maka penting untuk memahami bahwa seorang pemimpin yang merupakan mantan pecandu narkoba membawa sejumlah risiko yang bisa berdampak buruk pada kepercayaan publik, stabilitas kepemimpinan, dan realisasi visi-misi yang diemban. Salah satu dampak yang paling terasa adalah krisis kepercayaan publik. Masyarakat cenderung ragu untuk mempercayai janji-janji kampanye dari seseorang yang memiliki riwayat kebohongan dan manipulasi. Kebiasaan menutupi kebenaran yang sering dilakukan oleh pecandu narkoba saat kecanduan dapat membekas dalam ingatan publik, sehingga mereka mempertanyakan kejujuran dan niat baik pemimpin tersebut. Kepercayaan adalah landasan penting dalam kepemimpinan, dan tanpa itu, seorang pemimpin akan menghadapi kesulitan besar dalam menggalang dukungan dan membangun legitimasi.

Advertisement


News Ecosystem